• Blog counter

    • 42.640 hits
  • ARSIP

  • Halaman

Etika & Kepentingan

Dalam perkembangan era globalisasi yang katanya semakin maju ini sering kali kita mendengar berita-berita yang membuat orang terasa sakit hati bahkan marah ketika mendengarnya, bagaimana mungkin tidak sakit hati ataupun marah jika hampir di setiap waktu maupun detik banyak sekali pemberitaan tentang berbagai macam berita konflik politik yang terjadi di kehidupan berbangsa dan bernegara di indonesia. Agar kita dapat lebih bijak dalam menanggapi berita yang terjadi ada baiknya kita harus memahaminya apa konflik dan bagaimana solusinya. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepentingan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja.

Di era teknologi komunikasi ini, komunikasi individual semakin mengglobal. Kemajuan ekonomi material negara -negara maju, membuat silau orang-orang yang hidup di negara-negara berkembang. Mereka terstimuli untuk bisa berkehidupan dengan kelimpahan harta dalam waktu sesingkat mungkin. Sementara itu, karena kualitas pendidikannya, mereka belum memiliki potensi kreatif untuk mengha silkan kelimpahan ekonomi material. Jika kebetulan mereka memperoleh kepercayaan menduduki jabatan dalam pemerintahan dan hukum, maka atas kekuasaannya itu mereka secara berjamaah berbuat tindakan yang melanggar etika dan hukum yang berlaku.

Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari b ahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in behavior ”. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977) yaitu “tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat”. Jadi, moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik. Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan atau watak. Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “ajaran moral memuat pandangan-pandangan nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan bahwa ”etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan bahwa ”etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa ”etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan – tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, “korupsi” adalah perilaku tidak bermoral, tetapi “tidak membayar pajak” (karena alasan tertentu) adalah perilaku tidak etis. Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku. Kemudian, dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Di dalam satu keterikatan moral, mereka berpolitik menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujuan bersama(membangun bangsa yang beradap). Jadi tidak perlu terjadi benturan konflik.

Jika kita tinjau berdasarkan kerangka pikiran menurut pengertian yang ada maka sudah sepantasnya baik setiap pribadi maupun instansi lebih menegakkan prinsip-prinsip etika(adap) dalam rangka membangun suasana kehidupan politik agar tercapai bangsa yang beradap atau bangsa yang humanis. Berikut cara agar tercapainya keinginan kita untuk membangun bangsa yang beradap.

Menjaga kehormatan yang dimaksudkan di sini adalah menjaga kehormatan agama, bangsa-negara, lingkungan, keluarga, dan pribadi. Menjaga kehormatan penting sekali dalam rangka menciptakan kehidupan berpolitik yang penuh dengan etika karena dengan kita dapat menjaga kehormatan kita tidak akan dapat bertindak suatu perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain bahkan sampai melanggar hukum ataupun aturan-aturan yang telah ditetapkan. Contoh kasus: ketika suatu kelompok ingin menyampaikan aspirasinya kepada instansi sudah pasti ingin didengarkan oleh instansi tersebut jadi jika keduanya sama-sama menjaga kehormatan sudah barang tentu orang-orang dalam instansi tersebut akan menyambut kedatangan kelompok tersebut dengan hangat dan di lain pihak kelompok tersebut tidaklah dibenarkan jika bertindak anarkis dalam menyampaikan pendapatnya sehingga di sini akan timbul sesuatu yang kita sebut etika normatif(komunikasi).

Memiliki cita-cita yang luhur. Cita-cita yang luhur wajib dimiliki dalam usaha untuk membangun bangsa yang beradap yaitu kepada yang maha kuasa. Sehingga seluruh semangat dan hasrat kebangsaan akan diliputi nilai-nilai keluhuran moral yang hasilnya akan tercermin dengan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur

Dengan berbakti yang baik akan terbentuk bangsa yang beradap. Berbakti yang baik dapat di artikan tidak mengklaim prestasi, karena segala daya dan kekuatan yang ada pada diri kita bersumber pada kuasa tuhan yang maha esa(ingatlah bahwa bangsa ini tidak akan pernah merdeka dan menjadi seperti saat ini tanpa pertolongan dari yang maha kuasa), selain itu berbakti yang baik juga dapat diartikan terbangunnya kebesaran jiwa.

Melaksanakan prinsip-prinsip utama melalui tidak mudah tergoda oleh aspek-aspek penunjang sedang prinsip utamanya terabaikan, tidak meremehkan hal-hal principal, dan tidak memilih cara-cara yang akan menghasilkan sesuatu yang sesaat nampak bagus akantetapi untuk kemajuan masa depan bangsa ini akan berakibat hancurnya peradaban bangsa.

Mensyukuri nikmat yang dimaksud memandang yang maha memberi nikmat, bukan wujud nikmatnya, senantiasa memandang anugerahNya setiap berhasil dalam mencapai kemajuan, rasa syukur ditumbuhkan dari kejernihan iman dan tauhid setiap aspek bangsa ini.

Tinggalkan komentar